Jakarta | Faktual86.com : Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada sepuluh tokoh dari berbagai daerah dalam sebuah upacara khidmat yang digelar di Istana Negara, Jakarta, pada Senin (10/11/2025).
Penganugerahan tersebut merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Pahlawan Tahun 2025. Presiden Prabowo menyerahkan langsung tanda kehormatan kepada para ahli waris penerima gelar.
"Marilah kita sejenak mengenang arwah dan jasa-jasa para pahlawan yang telah berkorban untuk kemerdekaan, kedaulatan, dan kehormatan bangsa Indonesia yang telah memberi segala-galanya agar kita bisa hidup merdeka dan kita bisa hidup dalam alam yang sejahtera," kata Prabowo saat mengheningkan cipta.
Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional ini didasarkan pada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 116/TK/Tahun 2025 tanggal 6 November 2025, sebagai bentuk penghargaan negara atas jasa-jasa luar biasa para tokoh dalam mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Dalam upacara tersebut, Presiden Prabowo secara resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada sepuluh tokoh, yaitu:
1. K.H. Abdurrahman Wahid, tokoh dari Provinsi Jawa Timur, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Politik dan Pendidikan Islam. K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, adalah tokoh bangsa yang sepanjang hidupnya mengabdikan diri memperjuangkan kemanusiaan, demokrasi, dan pluralisme di Indonesia
2. Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto, tokoh dari Provinsi Jawa Tengah, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan. Presiden ke-2 RI ini dikenal sebagai Bapak Pembangunan berkat program REPELITA yang membawa Indonesia mencapai kemajuan signifikan, termasuk swasembada beras, menekan laju pertumbuhan penduduk, dan pengentasan kemiskinan, sehingga mendapatkan pengakuan Internasional dan Lembaga PBB
3. Marsinah, tokoh dari Provinsi Jawa Timur, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Sosial dan Kemanusiaan. Marsinah adalah simbol keberanian moral dan perjuangan hak asasi manusia dari kalangan rakyat biasa
4. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, tokoh dari Provinsi Jawa Barat, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Hukum dan Politik. Riwayat perjuangan dari Mochtar Kusumaatmadja yang paling menonjol adalah gagasannya tentang konsep negara kepulauan yang digunakan oleh Djuanda Kartawidjaya dalam mendeklarasikan djuanda tahun 1953
5. Hajjah Rahmah El Yunusiyyah, tokoh dari Provinsi Sumatera Barat, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Pendidikan Islam. Rahmah El Yunusiyyah adalah ulama, pendidik, dan pejuang kemerdekaan, yang dedikasinya paling menonjol dalam memelopori pendidikan perempuan Islam di Indonesia dan Asia Tenggara
6. Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo, tokoh dari Provinsi Jawa Tengah, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Bersenjata. Perjuangan militer Sarwo Edhie dimulai sebagai komandan kompi dalam TKR, selama periode Perang Kemerdekaan (1945-1949). Sarwo Edhie memimpin pasukannya dalam berbagai pertempuran
7. Sultan Muhammad Salahuddin, tokoh dari Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Pendidikan dan Diplomasi. Karyanya meliputi pembangunan Istana Bima, sekolah-sekolah agama dan umum, masjid besar, Bandara Sultan Muhammad Salahuddin, kitab Nurul Mubin, serta berbagai infrastruktur penting lainnya
8. Syaikhona Muhammad Kholil, tokoh dari Provinsi Jawa Timur, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Pendidikan Islam. Pemikirannya mengenai penguatan pendidikan Islam berbasis pesantren serta gagasan "Hubbul Wathan Minal Iman" (cinta tanah air sebagai bagian dari iman) menjadi fondasi ideologis yang menggerakkan perjuangan para santri dalam melawan kolonialisme secara fisik dan kultural
9. Tuan Rondahaim Saragih, tokoh dari Provinsi Sumatera Utara, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Bersenjata. Dikenal sebagai "Napoleon dari Batak". Di bawah kepemimpinan Tuan Rondahaim Saragih, Pasukan Raya di Simalungun mencatatkan riwayat perjuangan menonjol melawan kolonialisme Belanda, dengan fokus pada pertahanan kemerdekaan yang berhasil
10. Zainal Abidin Syah, tokoh dari Provinsi Maluku Utara, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Politik dan Diplomasi. Zainal Abidin Syah memiliki peran penting dalam mempertahankan kedaulatan wilayah Indonesia Timur, khususnya Papua Barat, agar tetap menjadi bagian dari NKRI.
Dalam suasana yang penuh haru dan kebanggaan, para ahli waris hadir mewakili para tokoh untuk menerima gelar dan tanda penghormatan dari Presiden Prabowo Subianto.
Kepala Negara menyerahkan secara langsung piagam dan tanda kehormatan negara kepada masing-masing ahli waris sebagai wujud penghargaan atas jasa-jasa besar yang telah diberikan oleh para pahlawan bagi bangsa dan negara.
Ahli waris Tokoh Bangsa yang menerima anugerah gelar pahlawan Nasional, putri sulung Presiden ke-2 RI, Siti Hardijanti Hastuti Rukmana atau lebih dikenal dengan sebutan Mbak Tutut, turut hadir dalam penganugerahan tersebut.
“Masyarakat Indonesia itu kan macam-macam ya. Ada yang pro, ada yang kontra, itu wajar-wajar saja. Yang penting kita melihat apa yang telah dilakukan oleh Bapak saya dari muda sampai beliau wafat, itu semua perjuangannya untuk bangsa dan negara, dan masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Ia menambahkan, keluarga besar Soeharto akan mengungkapkan rasa syukur dengan berziarah dan berdoa. “Kita ziarah ke makam Bapak, kita berzikir ke sana, kita bersyukur kepada Allah SWT. Semuanya itu kalau Allah tidak mengizinkan juga tidak akan terjadi,” katanya.
Jenderal Suharto, Presiden ke-2 Republik Indonesia, memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan serangan 1 Maret 1949.
Perjuangan Kemerdekaan
- Suharto bergabung dengan Tentara Pembela Tanah Air (PETA) pada tahun 1942, sebuah organisasi militer yang dibentuk oleh Jepang untuk membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia.
- Setelah Jepang menyerah pada tahun 1945, Suharto bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang kemudian menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
- Suharto terlibat dalam beberapa pertempuran melawan Belanda, termasuk Pertempuran Lima Hari di Yogyakarta pada tahun 1949.
Serangan 1 Maret 1949
- Serangan 1 Maret 1949 adalah sebuah operasi militer yang dilakukan oleh TNI untuk merebut kembali Yogyakarta dari tangan Belanda.
- Suharto memimpin pasukan TNI dalam serangan ini, yang berhasil merebut kembali kota Yogyakarta dan memaksa Belanda untuk mengakui kedaulatan Indonesia.
- Serangan 1 Maret 1949 merupakan salah satu titik balik penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, karena berhasil meningkatkan tekanan internasional pada Belanda untuk mengakui kedaulatan Indonesia.
Jenderal M Suharto, Presiden ke-2 Republik Indonesia, dikenal karena program pembangunan yang ambisius dan terstruktur melalui konsep Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Berikut adalah beberapa jejak pembangunan yang dilakukan oleh Jenderal M Suharto selama menjabat sebagai Presiden:
Repelita I (1969-1974)
- Fokus pada pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dan pelabuhan
- Peningkatan produksi pangan, terutama beras, melalui program Revolusi Hijau
- Pengembangan industri, seperti tekstil dan baja
Repelita II (1974-1979)
- Peningkatan produksi energi, terutama minyak dan gas
- Pengembangan industri, seperti kimia dan petrokimia
- Peningkatan akses pendidikan dan kesehatan
Repelita III (1979-1984)
- Peningkatan produksi pangan, terutama beras, melalui program intensifikasi pertanian
- Pengembangan industri, seperti otomotif dan elektronik
- Peningkatan akses pendidikan dan kesehatan
Repelita IV (1984-1989)
- Peningkatan produksi energi, terutama listrik
- Pengembangan industri, seperti pariwisata dan perikanan
- Peningkatan akses pendidikan dan kesehatan
Repelita V (1989-1994)
- Peningkatan produksi pangan, terutama beras, melalui program diversifikasi pertanian
- Pengembangan industri, seperti teknologi informasi dan komunikasi
- Peningkatan akses pendidikan dan kesehatan
Repelita VI (1994-1999)
- Peningkatan produksi energi, terutama gas
- Pengembangan industri, seperti manufaktur dan jasa
- Peningkatan akses pendidikan dan kesehatan.
Selama menjabat sebagai Presiden, Jenderal H. M. Suharto berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengembangkan infrastruktur, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Upacara penganugerahan diakhiri dengan pemberian ucapan selamat dari Presiden Prabowo Subianto, diikuti oleh para tamu undangan kepada para ahli waris penerima gelar Pahlawan Nasional. Turut hadir dalam acara tersebut adalah Wakil Presiden Gibran Rakabuming, para pimpinan lembaga tinggi negara, para menteri Kabinet Merah Putih, para ketua umum partai politik, para ketua organisasi keagamaan, perwakilan Legiun Veteran Republik Indonesia, serta sejumlah kepala daerah dari berbagai provinsi. (Red/NS).






.jpg)
